Tafsir Surat
Yasin Ayat 36: Setiap Makhluk Memiliki Pasangan
Ketika memasuki usia dewasa, manusia seringkali merisaukan
berbagai masalah kehidupan, seperti keuangan, pekerjaan, apakah ia akan
memiliki pasangan dan sebagainya. Hal ini wajar dilakukan, karena ketika
memasuki usia dewasa, manusia mengalami proses pematangan jasmani dan pikiran.
Kematangan tersebut membuatnya ingin memiliki pasangan hidup.
Secara fitrah – selain makhluk sosial – manusia akan mencari
pasangan hidup untuk menjalani kehidupan dunia dan meneruskan keturunan. Pada
satu sisi, memiliki pasangan merupakan kebutuhan biologis bagi manusia. Di sisi
lain, memiliki pasangan juga merupakan kebutuhan psikis, karena pasangan
seringkali dianggap sebagai orang yang dapat mendukung seseorang secara mental.
Naluri manusia untuk memiliki pasangan ini juga disebutkan dalam
Al-Qur’an. Bahkan tidak hanya manusia, Allah Swt menyebutkan bahwa setiap
makhluk ciptaan-Nya memiliki pasangan mereka masing-masing. Dengan demikian,
berpasang-pasangan – baik berdasarkan lawan jenis maupun kesamaan individu –
merupakan sesuatu yang kodrati dari Ilahi. Laki-laki adalah pasangan perempuan
dan begitu pula sebaliknya.
Lebih jauh, Paul Dirac, seorang
ilmuwan peraih Nobel fisika, menyebutkan dalam temuan Parite-nya
bahwa, “Setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan
dan hubungan ketidakpastian menunjukkan kepada kita bahwa adanya penciptaan
berpasangan dan pemusnahan berpasangan yang terjadi di dalam vakum di setiap
saat, di setiap tempat.”
Jauh sebelum Dirac, diskursus mengenai pasangan juga banyak
disebutkan oleh Al-Qur’an. Tercatat setidaknya ada 26 ayat Al-Qur’an yang
berbicara mengenai pasangan (jodoh) dan tersebar dalam berbagai surah. Sebagian
besar ayat tersebut berbicara mengenai fitrah makhluk berpasang-pasangan,
pasangan berasal dari jenis serupa, dan tujuan Allah Swt menciptakan makhluk
secara berpasangan.
Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 36: Setiap Makhluk Memiliki
Pasangan
Salah satu ayat yang menyebutkan bahwa setiap makhluk ciptaan
Allah Swt memiliki pasangan – termasuk manusia – adalah surah surah Yasin [36]
ayat 36 yang berbunyi:
سُبْحٰنَ الَّذِيْ
خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ
وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ ٣٦
“Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya
berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Menurut Quraish Shihab,
Ayat di atas merupakan jawaban terhadap kedurhakaan orang kafir pada ayat 35. Ini
mempertegas bahwa Allah Swt Maha suci dan Dia adalah Tuhan yang menciptakan
segala tumbuhan dan menumbuhkan buah-buahan dengan cara menciptakan pasangan
bagi masing-masing. Dengan itu, Maka Allah Swt – Sang pencipta – Maha Suci dari
segala kekurangan dan sifat buruk (Tafsir Al-Misbah [11]:
538).
Pada ayat ini Allah Swt seakan-akan berfirman, “Dialah
Tuhan Yang telah menciptakan semuanya
berpasang-pasangan, pasangan yang berfungsi sebagai jantan dan
betina, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi seperti kurma
dan anggur, dan demikian juga dari diri mereka sendiri sebagai
manusia, di mana mereka terdiri dari lelaki dan perempuan serta demikian
pula dari apa yang tidak atau belum mereka ketahui baik
makhluk hidup maupun benda mati.”
Menurut sebagian ulama tafsir, makna kata azwaj atau
pasangan hanya diperuntukkan bagi makhluk hidup saja, tidak termasuk benda
mati. Dalam Tafsir
al-Muntakhab disebutkan bahwa, “Kata ‘min’
dalam surah Yasin [36] ayat 36 berfungsi sebagai penjelas (min bayaniyyah).
Artinya, Allah Swt telah menciptakan pejantan dan betina pada semua
makhluk-Nya, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan makhluk lainnya yang
kasat mata atau tak terjangkau manusia.”
Pendapat di atas ditolak oleh Quraish Shihab. Menurutnya –
berdasarkan pendapat ar-Raghib al-Ashfahani – kata azwaj adalah
bentuk jamak dari kata zauj yakni pasangan. Kata ini digunakan
untuk masing-masing dari dua hal yang berdampingan (bersamaan), baik jantan
maupun betina, binatang (termasuk binatang berakal yakni manusia) dan juga
digunakan menunjuk kedua yang berpasangan itu.
Selain itu, kata zauj juga digunakan menunjuk
hal yang sama bagi selain binatang seperti alas kaki. Selanjutnya, ar-Raghib
juga menegaskan bahwa keberpasangan tersebut bisa akibat kesamaan dan bisa juga
karena bertolak belakang. Pendapat ini didasarkan pada segi teori kebahasaan.
Ayat-ayat Al-Qur’an pun menggunakan kata tersebut dalam pengertian umum, bukan
hanya untuk makhluk hidup (Tafsir Al-Misbah [11]:
539).
Dalam ayat lain Allah Swt juga berfirman:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ
خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٤٩
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
mengingat (kebesaran Allah).” (Adz-Dzariyat [51]:
49).
Oleh sebab itu, ada siang ada malam, ada senang ada susah, ada atas ada bawah, demikian seterusnya. Semua makhluk memiliki pasangan. Hanya Sang Khalik, yakni Allah Swt yang tidak memiliki pasangan, tidak ada pula tandingan-Nya, tidak ada bandingan-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada sekutu-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang telah menciptakan setiap makhluk secara berpasang-pasangan. Wallahu a’lam.
Sumber : www.tafsiralquran.id
0 komentar:
Posting Komentar